SAYA BISA TERBANG, TAPI SAYA TAK INGIN TERBANG!
(Sebuah Cerpen Oleh: DENY JOE)
Tuuuuuuut….Tuuuuuut!!!!!
Saya melayang…!!! Saya bisa terbang...!!!!
Di balik punggung saya tumbuh sayap berbulu rapat teranyam. Badan saya terasa ringan, kapas randupun kini kalah ringannya. Burung bebaspun kini sejengkal lagi saya jangkau.
Awan jernih saya jilati seperti harumanis dipasar malam. Bintang-bintang saya tabraki dengan kepala, saya rangkaikan jadi mahkota.
Tuuuuuuut….Tuuuuuut!!!!!
Saya melayang… Saya bisa terbang... pasti orang-orang akan kagum jadinya.
Tapi, kenapa orang-orang meringis? Sebagian menjerit? Sebagian lagi Menagis haru? Ada juga sebagian yang kelihatan mual lalu muntah! Orang-orang makin berkerumun, perempan dengan tinggi badan yang tak tinggi mencoba melongok kebalik kerumunan, dari belakang kaki mungilnya menjinjit, anak kecil berkaos gombrang dengan robekan diketeknya terlihat merangkak mencoba melongok kebalik kerumunan diantara betis-betis yang berderet memagar, betis berbulu, betis mulus, betis kecil, betis besar,dan betis penuh bekas luka. Macam macam bentuk, macam-macam juga alas kakinya. Ada yang bersepatu sport, bersepatu lancip mirip aladin, bersepatu mengkilat, bersendal hak tinggi, bersendal tipis, bersendal jepit cap walet, bahkan ada juga yang tak beralas kaki. Tapi saya yakin banyak dari mereka yang memakai barang imitasi. Persetan! saya sudah tak membutuhkan alas kaki lagi, sekarang saya punya sayap, saya bisa terbang!
“Coba permisi..minggir sebentar ya”
Tiga orang petugas berpakaian seragam warna dongker membelah kerumunan.
“Yang didalam sudah lapor kepada yang berwajib?” Kata seorang petugas berpakaian seragam warna dongker yang berkepala botak kepada temanya.
“Sudah pak!” Yang ditanya menyahuti.
“Kalau begitu mari kita rapikan potongan-potongan yang tercecer ini, jangan sampai ada yang tertinggal, harus teliti! Bercakan merah taburi kopi supaya tak amis!”
Para petugas berpakaian seragam warna dongker mulai bergerak sesuai perintah, tanpa aba-aba terlihat beberapa orang murah hati dengan suka rela membantu para petugas berpakaian seragam warna dongker melakukan pekerjannya. Ada yang memang berhati nurani tinggi tanpa pamrih, ada yang mencuri kesempatan mencari sesuatu untuk bisa diamankan kemudian dimanfaatkan. Sifat mereka tak terlihat. Hanya bentuk saya yang bertengger fokus tanpa cacat di pelupuk mata berdiafragma lebar.
Tuuuuuuut….Tuuuuuut!!!!!
Saya melayang… Saya bisa terbang...tapi sebentar, dalam pandangan saya tiba-tiba dari arah tenggara muncul segerombol POLISI berpakaian seragam lengkap datang ke tempat yang tadi dikerumuni orang-orang, kali ini orang-orang sudah tak mengerumun lagi, tapi hitam bola mata mereka masih tertuju kearah titik kerumunan tadi. Satu , dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh dan semua orang mulai bercerita tentang empiris beberapa saat lalu ditambah berjuta persepsi dari sudut pandang mereka yang tak terukur. Beradu argumen teoritis, agamais, sosialis, merasa paling benar, merasa paling tenar.
“Tadi mata saya benar-benar dengan jelas melihatnya!”
“Tadi saya hanya mendengar kuping saya dengan jelas menangkap jeritannya, mata saya tak berani melihat!”
“Saya tidak melihat, saya juga tidak mendengar langsung, saya hanya bertanya kepada orang-orang, saya hanya menulisnya, dipadukan dengan gambar yang sedang diambil oleh fotografer yang sedang memotret lokasi, lalu memuatnya di Koran esok pagi.”
Rupanya Orang yang terakhir bercakap adalah wartawan pantas saja di lehernya menggantung ID-Card bertulisan PRESS sibuk mondar-mandir mengajukan beberapa pertanyaan kepada orang-orang, tukang asongan, pengumpul bekas air minum, peminta-minta, penjaga lintasan, para penumpang, petugas stasiun, dan yang dia anggap perlu keterangannya. Temannya juga sama tapi dia lebih disibukan dengan kamera besar ditangannya, potret sana, potret sini, semua angle dipotretnya yang padahal cuma butuh satu foto buat koran esok, karena spasi halaman yang terbatasi.
Tuuuuuuut….Tuuuuuut!!!!!
Saya melayang… Saya bisa terbang...
Sesaat sebelumnya terdengar sayup orang-orang berteriak, tapi saya tak hirau!. Sesaat juga terasa beberapa orang dibelakang saya mau meraih saya, mencoba menarik saya, menarik baju kantor saya, menarik tangan saya, menarik celana saya, menarik kaki saya, menarik sepatu saya, menarik tas saya, apapun yang bisa ditarik, tapi saya tetap juga tak mau hirau.
“Awassss…!!!!”
“Woooyyy…minggir!!!”
“Mau mati lu ya??”
“Wooooyyyy!!!!!!”
Saya sempat sadar ketika semprotan bunyi klakson berteriak kencang memekik, gemuruh roda besi yang beradu dengan rel terasa mendekat. Sesuatu yang sangat kencang merangkak kearah saya seakan mau menubruk. Ada getar seperti gempa gemeretak meluluhlantakkan. Tapi tetap saja saya tak menghiraukan teriakan orang-orang disekeliling. Padahal mereka semakin kencang berteriak, matanya sampai mau keluar, lidahnya seakan menjulur, suaranya menyerak kemudian mengelos mungkin pita suaranya pun rusak karena terlalu kencang berteriak, tapi tetap saja saya tak menghiraukannya.
Tuuuutttt…… Duuukkkk…. Craaasshhhhssss…… awwwwww……
Saya merasa baru saja ada kilat yang menyambar saya. Tubuh saya terguncang, mata saya silau tak berkesip, tangan dan kaki saya kaku membeku, aliran darah terhenti seiring jantung yang juga berhenti berdegup. Tapi badan saya jadi terasa sangat ringan, saya merasa dibelakang punggung saya mulai tumbuh sesuatu, saya rasa ini adalah sayap, saya mengetahuinya karena saya memang sangat suka makan ayam apalagi sayapnya. Baik di dirumah, warteg, angkringan, maupun tempat-tempat makan urban ala Amerika.
Tuuuuuuut….Tuuuuuut!!!!!
Saya melayang… Saya bisa terbang...
Saya menjadi bingung.. kenapa saya bisa terbang? Padahal tak pernah sedikitpun saya ingin terbang. saya merasa bingung menggunung seperti menggelung-gelung. Kenapa? istri saya menangis pilu tersedu sedan memeluk dua anak saya yang juga menangis sesegukan. Aliran air mata mereka membawa laju peahu kepedihan menyayat. Memekik sebentar, tertahan kertas tisu yang basah dan kembali meracau tak terarah.
“Suamiku….!”
“Ayahku…..!”
Para tetangga berkumpul disetiap sudut rumah saya, sebagian membaca ayat suci ktab agama saya, sebagian membuatkan sesuguhan, sebagian membawa cangkul kemudian membuat lahat, dan sebagian mengibarkan berdera kertas warna kuning bertuliskan nama saya. Bersenandung doa melancarkan pujian sampai terpejam berharap kekhusukan.
“Sesuguhan!! Ada acara apa ini? Ulang tahun? Lalu siapa yang ulang tahun? Anak saya yang pertama sudah dua bulan yang lalu, anak saya yang kedua tiga minggu sebelumnya, istri saya satu bulan sebelum anak saya yang kedua, saya? tidak mungkin! ulang tahun saya bulan depan tepat tanggal dua puluh tujuh…………
………
………
Bendera Kuning!! Inikah kematian saya? Inikah saatnya saya menembus alam ketiga setelah alam rahim dan dunia? Inikah akhir dari setiap tetes peluh perjuangan saya? Inikah saatnya orang-orang mewisuda saya, menambahkan gelar ALM. didepan nama saya? Menjuluki istri dan anak-anak saya dan memberikan sertifikasi kepada mereka dengan titel JANDA dan YATIM!!”
Saya melayang… Saya bisa terbang.. walaupun sebenarnya saya tidak ingin terbang…
Terbang meninggalkan semua baik buruk, hitam putih, gegap gempita kemilau dunia yang selama ini saya berusaha merengkuhnya. Sedikit banyak semua sudah pernah saya nikmati, ternyata benar kata orang-orang yang bicara kalau hal-hal duniawi tak akan abadi mengikat, dan ikut dengan kita. Apakah amal saya sudah bertumpuk? Apakah ilmu saya sudah bermanfaat? Dan apakah anak-anak saya akan menjadi anak yang saleh dan mendoakan saya?
Saya melayang… Saya bisa terbang.. walaupun sebenarnya saya tidak ingin terbang…
Tapi sejenak fikiran saya memberat, logika rasionalis tak berfungi, buat apalagi dialektik! Tapi saya rasa ini adalah babak baru perjalanan saya dan sayap saya. Walaupun saya meragu apakah ini benar jalan saya menuju surga atau jangan-jangan saya tersesat sebaliknya, dan mengarah ke neraka?
Dalam risau saya hanya bisa meracau :
“ Saya melayang… Saya bisa terbang.. walaupun sebenarnya saya tidak ingin terbang…”
******
*Denyjoe/ 2010 (Dedikasi buat korban yang ditabrak kereta api di Stasiun Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (17/12/10) Pagi. Jasad korban terseret 100 meter dan ditemukan di selokan sisi rel. yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri waktu saya hendak berangkat ke kampus)
Data Publikasi :
Banjarharjo community
Pohon ditengah Gurun Pasir
Fikom UMT
Selasa, 01 Februari 2011
SAYA BISA TERBANG, TAPI SAYA TAK INGIN TERBANG!
13.01
3 comments
3 komentar:
dari lakon java nih bang JOE..........cerpennya kerennnn......
hehehe,,, makasih brader.....supportnya....
keep on writing!!! I knew U can do it!!! (nice story)
Posting Komentar