SAYA DAN (KELAMIN) TEMAN LAKI-LAKI SAYA
(Sebuah Cerpen oleh: DENY JOE)
Saya seorang perempuan, ya…perempuan! Saya mengetahuinya karena bentuk kelamin saya berbeda dengan bentuk kelamin teman saya yang bentuknya memanjang, menggantung kantong berisi dua buah biji kelereng.
“Inilah… gue sang pejantan!! Seorang lelaki sejati!!” kata teman laki-laki saya bangga akan dirinya dan kelaminnya yang tegak mencuat.
“Berarti gue adalah perempuan, sang betina!! Dan kelamin gue ini berarti vagina!” Timpal saya polos dengan gerakan seketika melorotkan celana dan celana dalam saya lalu menunjuk kearah kelamin saya.
Sebenarnya saya lebih tertarik untuk memiliki kelamin seperti kelamin teman laki-laki saya, lebih unik, lebih lucu, lebih berbentuk, dan lebih artistik. Saya pernah melihat teman saya ki’ih (baca: buang air kecil sunda) dengan berbagai posisi; jongkok, berdiri, nungging, melompat-lompat, berjalan, bahkan berlari. Saya iri karena tidak bisa melakukan hal yang sama dan hanya bisa berjongkok, sekali waktu rasa penasaran saya memuncak! Rasa keingintahuan saya menggunung, setelah say berusaha menghabiskan air minum dua satu per empat galon kantung kemih saya terasa penuh, sedikit demi sedikit saya merasakan ada tekanan kea rah liang kencing saya.
“Ini dia kesempatan buat gue kali ini mencoba gaya-gaya kencing teman lelaki gue!” saya membatin dengan sunggingan bibir penuh keyakinan.
Jongkok saya sudah bisa karena memang sudah biasa, kemudian saya mulai mencobanya satu persatu, berdiri : saya gagal!, nungging : lumayan! Saya masih bisa melakukannya walau sedikit tercecer, melompat-lompat : saya gagal!, berjalan : saya gagal!, berlari : saya juga gagal!. Saya sangat kecewa dengan kegagalan ini, terlarut tak berujung, menggulung beracak tak teratur. Tapi dengan keteguhan ditangguhkan saya yakin saya yang lebih baik daripada teman laki-laki saya, kelamin saya yang lebih baik daripada kelamin teman laki-laki saya.
Cuplikan masa kecil terlintas, beberapa plot cerita usang kembali tersingkap.. kekalahan, keputusasaan, dan kemaluan. Saya mengurung diri di kamar kecil dengan cermin besar memanjang, setiap jengkal tubuh saya saya perhatikan dengan seksama tanpa terlewat. Dari ujung rambut turun ke mata saya yang jernih, dari mata turun ke hidung saya yang mancung, dari hidung turun ke bibir saya yang tipis merekah merah, dari bibir turun ke dagu saya yang lancip, dari dagu turun ke leher saya yang jenjang, dari leher turun ke dada saya yang?
“Sebentar? Dada gue kenapa nieh? Ko bentuknya jadi aneh?” Saya memicingkan mata mencoba memfokuskan pandangan ke arah dada saya yang berubah bentuk, berubah seperti ada tonjolan entah apa?
Berat langkah kaki memapah saya keluar untuk menemui teman laki-laki saya, berputar sepeti gasing, berlari seperti kuda pacuan, menyelidik dimanakah saya bisa menemukan teman laki-laki saya? dirumahnya tidak ada, disekolahnya tidak ada, ditongkrongannya tidak ada, diwarung kopi tidak ada, diwarteg tidak ada, diwarnet tidak ada juga. Kemana dia teman laki-laki saya? saya ingin meneuinya, saya ingin bercerita tentang perubahan bentuk tubuh saya, dada saya khususnya.
“Hey.. kamu sepertinya sedang mencari seseorang?” Seorang lelaki setengah tua bertopi warna marun tiba-tiba mengagetkan saya yang sedang bingung.
“Iya pak, saya mencari teman laki-laki saya, biasanya dia nongkrong disekitar sini, apakah bapak melihatnya? Atau mengetahui dia berada dimana sekarang?” saya menjawab berharap kalau saja lelaki setengah tua bertopi warna marun itu bisa memberikan petunjuk.
“Kalau mata saya tidak salah lihat dan yang kamu maksud adalah orang saya lihat tadi, sepertinya dia menuju rumah sakit!”
“RUMAH SAKIT?? Bapak tahu kenapa?”
“Tidak!! Coba saja kamu susul dia kesana, tidak jauh kok dari sini..”
“Terima kasih pak! Saya akan kesana sekarang juga!” tanpa basa-basi lagi saya langsung melenggangkan kaki menuju Rumah Sakit. Kecepatan langkah di tingkatkan hingga persneling tertinggi. Rem di kurangi, kopling di lancarkan.
Teman laki-laki saya tergeletak di bangsal, lunglai melemah, matanya terpejam, bibirnya digigit seolah menahan sakit. Melihatnya seperti itu saya jadi ikut meringis, terlihat orang tuanya mendampingi teman laki-laki saya. Seorang dokter berpkaian serba putih dan seorang suster terlihat sibuk diantara kaki teman laki-laki saya yang mengangkang. beberapa alat di keluarkan, ada gunting, pisau, suntikan dll.
Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. memilih untuk melakukan sunat pada umumnya disebabkan alasan sosial dan budaya juga karena alasan kesehatan.
Melihat teman laki-laki saya menjerit kesakitan saya menjadi bingung, apa yang hendak saya lakukan? menghibanya? atau justru saya akan membangga? Setelah beberapa orang yang mengantar teman laki-laki saya memberitahukan bahwa dia sedang disunat. Ketika saya membayangkan kelamin teman laki-laki saya dipotong ada kengerian dibenak saya, pantas saja teman laki-laki saya tetap meringis menahan sakit meski dokter berjubah putih tadi telah menjalarkan obat bius penahan sakit disekitar kelamin teman laki-laki saya. Satu sisi yang lain saya merasa sangat berbangga, apa pasal? Saya merasa menang hari ini, karena kelamin saya sudah sempurna dan tak perlu dimodifikasi lagi.
“ Hahahahaha…. Rasain luh!! Emang enak jadi pejantan?” Gumam saya dalam hati.
Teman laki-laki saya yang mulai sadar akan kehadiran saya mulai menunjukan tampang aneh, tampang malu, tampang seorang pecundang. Saya hanya menanggapinya dengan sunggingan senyum meledek. Saya sesaat lupa akan perihal perubahan bentuk tubuh saya terutama sekitar wilayah dada. Yang berubah membesar dan menonjol seperti terdapat tumor atau daging tumbuh.
“Heyy… Ngumpetin apan tuh di balik baju lu??” Tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara teman laki-laki saya yang sedang berjalan mendekati saya dengan langkah gontai mengegang.
“Bukan apa-apa..!” Jawab saya sambil mendekapkan kedua tangan saya menutupi dada saya.
“Jangan bohong lu, kasih lihat dong? Bawa ole-oleh ya buat gue? Apa? Buah? Kue? Apel? Pepaya? Jeruk? Coklat? Kacang?”
Mendengar berondongan pertanyaan dari teman laki-laki saya, saya pusing, saya malu, tak menunggu waktu lebih lama lagi saya langsung membalikan badan, melesat membelah angin, berlari sekencangnya sambil menutup wajah saya untuk menyembunyikan air muka saya yang merah antara marah dan malu.
Semakin hari dada saya semakin besar membusung, saya masih dilanda kebingungan, sampai akhirnya ibu saya membelikan pakaian dalam berbentuk. Yang belakangan baru saya tahu pakaian itu bernama: Bra atau kutang!
Hari ini, tanggal tiga belas bulan dua belas sejuk pagi masih terasa meski mentari mulai meninggi tanggalkan hangatnya, saya terkapar dalam kamar kubus ini, meringkuk menahan perut saya yang seakan di obok-obok, sekitar panggul menegang pegal, sesaat saya tersadar ada banyak darah mengucur dari alat kelamin saya. Apa lagi ini? Perih! Saya jadi ingat satu hal, satu hal yang pernah saya pelajari di sekolah, BIOLOGI. adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.
Menstruasi ya…. Sakit sekali, mungkin saya kaget karena sebelumnya saya tidak pernah merasakan hal ini, Sakit yang berdarah-darah. Saya sangat takut melihat darah, rasa nyeri akibat kram menstruasi datang, kadang samar-samar kadang sangat nyeri. Kondisi ini sangat menggangu saya. Kondisi yang dalam istilah medisnya disebut dysmenorrhea ini biasanya terjadi di perut bagian bawah. Tapi kembali saya berucap syukur mempunyai ibu sebaik ibu saya, sangat perhatian dan sangat mengerti, sehingga tak perlu banyak birokrasi seperti kaum elit atas negeri ini, ibu sudah dengan sigap membuat ini itu untuk memenangkan saya akan fenomena perempuan normal yang baru saya alami ini. Dari mulai pembalut, aturan dalam kaidah biologis, maupun dalam kaidah agamis.
“Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung darah yang keluar saat beraktivitas terutama saat tidur agar bokong dan celana tidak basah dan tetap nyaman. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya. Gunakanlah pembalut yang anti-bakteri dan mempunyai siklus udara yang lancar.” Ibu saya dengan tuturnya menjelaskan bak dokter spesialis.
****
Detik yang memacu waktu bergulir tak terukur, cepat sekali! Siang dan malam menipis bergantian dengan gesitnya, Matahari dan bulan saling berkejaran walau kadang matahari dibuat bingung karena ulah bulan yang sering bersembunyi dalam gelap. Musim pun tak teratur, panas kemarau dan dingin penghujan datang seenak jidatnya.
Malam ini bulan kembali bersembunyi, hembus bayu menyeripit membelai dingin, buncahan hujan yang tak tertahan berjatuhan sejak tadi pagi. Kelam membesi tak ada larik pelangi. Saya dan teman laki-laki saya terjebak jauh dipenginapan lima huruf : H-O-T-E-L yang harum seperti bunga putih lima kelopak: MELATI. Begitulah orang-orang sekitar menyebut penginapan ini seperti kemudian saya dan teman laki-laki saya pun menyebutnya dengan istilah yang sama : HOTEL MELATI.
“Baju elu basah… elu ga kedinginan?” tanya teman laki-laki saya.
“Iya nieh gue kedinginan, dingin banget!” saya menjawab dengan nada gemetar dibarengi dengan bunyi gemeretak gigi saya.
“Elu mandi dulu gih, biar ga pusing kan tadi kena air hujan”
“Tapi,, gue takut!”
“Takut apa?”
“Dingin!”
“Hmm.. terus gimana dong?”
Sejenak mulut saya dan mulut teman laki-laki saya terkunci, hening membius hawa kamar Hotel ini menjadi semakin dingin.
“MANDI BARENG!!!” tiba-tiba saja saya dan teman laki-laki saya berkata secara bersamaan seolah-olah sudah paham skenario.
Rintik hujan diluar sana masih saja terus mengguyur seakan tak kenal lelah, saluran-saluran air yang tersumbat mulai memuntahkan arusnya ke luar jalur. Beberapa sungai meluap tak sanggup menampung desakan air yang membuncah. Beberapa kawasan juga sudah mulai digenangi air, tak pandang bulu apakah itu kawasan elit ataupun kumuh. Memang begitulah peliknya ibukota.
Tak terkecuali di dalam kamar mandi kamar hotel ini, peluh membanjir, degup jantung berdebaran membentuk gemuruh kencang, aliran darah berkesiap cepat lewati urat dan syaraf dari kepala sampai kaki kemudian balik lagi ke kepala begitu seterusnya mondar-mandir tak beraturan. Hawa panas mengerubungi badan saya dan badan teman laki-laki saya kontras sekali dengan suhu sebenarnya yang membuat para pngamen lampu merah diluar sana menggigil. Tubuh saya perlahan merasakan kehangatan setelah beberapa saat lalu di selimuti kedinginan, Rikuh membelenggu saya urat-urat nadi seakan mampat tak berlubang, sementara jantung berdetak semakin kencang memompa aliran darah.
Pakaian saya dan teman laki-laki saya yang sedari tadi membungkus tubuh kami kali ini sudah tergeletak menumpuk disudut, begitu juga dengan pakaian dalam saya dan teman laki-laki saya. Sesaat kemudian saya merasakan kulit temn laki-laki saya mulai menempel pada kulit saya, saya merinding bukan karena dingin, mungkin ada setan lewat? Atau memang seta nada disekitar kami, bahkan sudah merasuk kedalam tubuh kami? Tak banyak saya untuk memikirkan hal tersebut sesaat saya kembali dikagetkan dengan suara bisikan teman laki-laki saya.
“Elu cantik sekali… gue suka, elu seksi sekali..gue juga suka!!”
Saya melihat mata teman laki-laki saya mendelik menatap seluruh bagian badan saya tak melewatkannya sejengkalpun, menelusurinya dengan bola mata yang seakan mau keluar, saya juga melihat beberapa kali teman saya seakan menelan ludah. Keringat dinginnya merembes sela pori kulitnya dan membasah.
“TIDAK!!”
Teman laki-laki saya berlari menembus pintu kamar mandi yang penuh oleh setan berotak cabul, mengambil pakaiannya kemudian memakainya. Tersimpuh teman laki-laki saya dengan pandangan yang bercucuran air mata. Saya masih dilanda bingung tentang apa yang harus saya lakukan, saya benar-benar shock dengan situasi ini. Perlahan saya kenakan lagi pakaian saya kemudian duduk di dekatnya.
“Maafin, ini semua salah gue!” Teman laki-laki saya memulai bicaa.
“Tidak ini salah gue!”
“Loe ga salah!! Gue yang salah!!”
“Kita yang salah!!”
“Ya.. loe bener kita yang salah, gue sadar akan semua yang gue lakuin, dan yang tadi itu salah! Itu Dosa! Gue ga mau hanya karena kita menuruti secuil nafsu, kita ngancurin loe juga gue, masa depan loe juga masa depan gue. Mimpi dan cita-cita gue masih jauh dari jangkauan, dan gue yakin loe juga punya cita-cita dan gue sangat memahami itu. Gue sayang sama loe dan ga mungkin gue ngancurin loe.”
Saya tak bisa menahan ketika air mata saya tiba-tiba meleleh di pipi saya. Saya begitu terharu, muka saya memerah seperti rebusan udang. Teman laki-laki saya masih tertegun dengan tatapan kosongnya disudut. Pikiran saya semakin menerawang diantara celah katup mata yang membasah, daun jendela yang berembun tampias, dan derai hujan yang masih saja mengucur tak terhenti.
“Pola budaya telah berubah, norma ketimuran semakin mengabur, modernisasi merajalela menghanguskan pribadi dan akal sehat mengenai dosa, ketuhanan hanya menjadi simbol bintang yang tak lagi dijadikan dasar yang absolut dan hakiki! Seharusnya aku tak disini saat ini, seharusnya aku tak juga begini, seharusnya mereka diluar sana juga segera mengakhiri kegiatan persis setan! Mungkin sekarang setan sedang berpesta, sedang berselebrasi atas kemenangannya memporak porandakan yang tersesat, yang bergumul tanpa tanpa ijab qobul, yang serumah tapi tak nikah, yang berisi tapi belum jadi istri, yang aborsi karena malu dan tak ingin, yang menjajakan tubuh tuk di beli, yang berhidung belang di lokalisasi, yang jadi mami dan mengkordinasi. Lalu sampai kapan? Apakah ini adalah awal? Tengah? Atau akhir dari perubahan?”
___Aaaaaaaaaaarrrrrrrrrrggghhhhhhhhhttttttt……….Setaaaannnn!!!!!! Hentikan segera pesta ini!!!!!!!____ (April 2011)
Rabu, 06 April 2011
SAYA DAN (KELAMIN) TEMAN LAKI-LAKI SAYA
10.26
2 comments
2 komentar:
great.. :)
suka dengan pemikiran sang lelaki.. tpi koq cerita yang di awal berbeda dengan yang di akhir den, walau masih bercerita dengan "kelamin" .. mnteb dah den, ada bagian" yang gue suka.. (mension dong)
Posting Komentar