Minggu, 06 Mei 2012

BELENGGU

BELENGGU
(Sebuah cerita pendek oleh : DENYJOE)

Mungkinkah Pria harus menyerah, lalu kemudian pergi tanpa ekspresi gundah, juga tanpa amarah. Menanggalkan luka yang terbuka tanpa merasa berduka. Melepaskan belenggu yang mengganggu tanpa rasa ragu. Menghapuskan cinta yang hanya memberi derita.
****
“Dia punya apa? Pekerjaan apa? Pangkat apa?” Renjani di brondong dengan pertanyaan laiknya senapan api otomatis oleh ibunya.
“ Tapi aku cinta sama dia, Bu!”
“CINTA? Renjani! Segala sesuatu dalam hidup itu harus direncanakan dengan baik agar berjalan lancar! Punya rumah, mobil, kedudukan, anak-anak yang lucu, lingkungan yang menyenangkan, pekerjan yang punya posisi, uang yang berkecukupan, berlibur keluar negeri dan masa depan yang bagus! Itu tidak akan bisa kamu dapatkan jika kamu menikah dengan Pria! Ibu tetap tidak setuju!”
“Tapi bu…”
“Pokoknya sampai kapanpun Ibu tidak setuju kamu berhubungan dengan dia! Kamu cantik, dia tidak pantas untuk kamu! jelek dan miskin!”
“Ibu tidak sepantasnya bicara seperti itu!” Dengan terbata dan mata yang mulai gamang Renjani mencoba menghalau omongan ibunya.
“Ibumu benar Renjani, Aku tidak pantas untukmu! sebaiknya kamu cari yang lebih baik dari aku! Yang lebih tampan, yang lebih mapan! Aku Pulang!”
****
Tubuh Pria lunglai terhempas tak bertahta, diantara tembok berbentuk bangun kubus tak istimewa, dikatakan tak istimewa karena tembok itu hanyalah tumpukan bata yang disusun meninggi dan diplester tak rata. Beberapa bagian dicat dan berapa bagianya tidak. Pria merebahkan badannya yang lemah. Meluruskan kakinya yang pegal menahan beban ketidakberdayaan. Memejamkan matanya yang jemu melihak kecongkakan juga keangkuhan yang ditujukan padanya. Wajah pria tidak terlihat tenang walau beberapa kali sunggingkan senyum.
Diantara sadar dan tidak sadar yang gersang, seketika wajah tak tenang pria berubah menjadi semakin tegang. Tubuhnya tiba-tiba tak bisa digerakkan seperti kejang, seperti dirajang. Dengan susah payah Pria memcoba menembus alam abu-abu ini untuk kembali ke alam yang nyata. Sekuat tenaga Pria berontak, menggerakan seluruh tenaga sampai akhirnya dia sadar dan tersentak.
Pria bingung, ditangannya tergenggam gergaji besi dengan mata yang sudah mulai menumpul. Nafasnya pun mulai terengah, tiada bunyi terdengr kecuali hanya lenguh pertanda lelah. Matanya yang bulat terus bergeser meneliti sesudut ruangan, terus memutar hingga kemudian pandangannya membentur kakinya yang terbelenggu. Pria memfokuskan pandangannya dan terus menatap kedua kakinya yang ternyata benar telah terbelenggu.
“SETAN!! Siapa yang telah berbuat ini padaku?” Pria berteriak dengan kencang, tapi entah kenapa dia sendiripun tak bisa mendengar apa yang dia teriakakkan.
“ANJINGGGGGG!!!!!” Pria mencoba kembali berteriak. Tapi tetap saja masih tidak terdengar oleh Pria.
Berulang-ulang kali Pria berteriak, melolong seperti srigala purnama. Semakin kencang Pria berteriak, belenggu di kaki Pria semakin mengencang rasanya. Bukan saja semakin kencang, tapi juga semakin bertambah berat. Bola besi yang terantai pada belenggu kakinya pun terlihat semakin membesar, entah berapa bobotnya saat ini? Yang jelas untuk merangsek dan bergeser saja Pria sudah tidak sanggup. Ada aus bekas goresan dibelenggu kakinya, juga ada luka di kulit kakinya. Mungkin karena terjepit belenggu yang kian erat, atau mungkin juga karena tergesek oleh gergaji besi secara tidak sengaja ketika Pria berusaha melepaskan belenggu dari kakinya dengan gergaji besi. Pria bingung dan tak bisa mengingatnya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Pria mengayunkan tangannya yang tetap menggenggam gergaji besi itu untuk berusaha memutuskan belenggu yang erat mencengkram kakinya. Dengan payah Pria menggesekkan sisa mata gergaji yang mulai halus maju mundur dengan satu harapan; dapat memutuskan belenggu itu dari kakinya. Tapi dasarnya memang konsentrasi Pria yang mulai kabur, juga seiring tenaga yang terus mengempis, akhirnya tangan Pria tak terkendalikan.
Gesekan demi gesekan gergaji yang semula beradu dngan besi belenggu yang mencengkram kakinya, perlahan bergeser dan menggesek kulit kakinya. Mata Pria sempat memicing, karena kaget dan rasa sakit yang mengecap kulitnya akibat goresan dari gergaji besi. Sayangnya itu cuma sebentar dan tak bertahan lama, karena detik berikutnya Pria merasakan sensasi yang luar biasa, ada rasa ngilu dikakinya, ada perih, ada gatal, ada darah, ada nikmat! Seperti seorang gadis yang pertama kali bercumbu dan disetubuhi oleh pacar yang sangat dicintainya, Yang ada hanyalah bayangan syurga yang indah, tak hirau ada sakit, tak hirau ada darah, tak hirau kehilangan keperawanan, tak hirau bahwa biasanya akan ada penyesalan di episode berikutnya.
Dengan setengah sadar Pria terus menggesekan gergaji besi pada kakinya, terlihat tangannya semakin kencang menggerakan tangannya maju mundur. Tak peduli walau tenaga semakin mengendur. Pria seperti sedang berada di arena tempur, dan tak mau kehilangan sedetik waktu untuk menggempur, sampai akhirnya lawan perlahan mundur. Sementara darah segar dan merah pekat mulai menetes membebas aliran. Pelan dan perlahan kulit kaki pria sudah robek, terlihat dangingnya yang merah mulai tebuka. Pria berfikir, mungkin inilah visualisasi hilangnya keperawanan gadis tadi, ditandai dengan robek selaput daranya.
Seperti tidak peduli dengan kakinya, Pria malah terus menggesek-gesekan gergaji besinya dengan semangat. Ada perasaan nikmat yang tak bisa di gambarkan, sampai akhirnya gerakan gergajinya pun terhenti. Pria merasakan ada benda keras tersentuh oleh mata gergajinya, dalam genangan darah dan bukaan daging kakinya sepintas terlihat benda keras berwarna putih seperti tulang. Ya! ternyata memang benar, itu adalah tulang kaki Pria.
“Ya ampun Yangku!!! Apa yang kamu lakuin?” Tiba-tiba Pria dikejutkan oleh suara perempuan yang tentunya Pria sudah sangat hafal itu suara siapa.
“Renjani? Sejak kapan kamu ada disitu?” Tanya Pria dengan tatapan mata yang aneh.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Pria, dengan sigap Renjani mengeluarkan sapu tangannya kemudian langsung ditutupnya luka dikaki Pria. Tapi lukanya terus saja mengeluarkan darah tak mau berhenti, sampai sapu tangannya pun tak mampu menahan aliran darah dari luka di kaki Pria. Tanpa aba-aba Renjani langsung membuka Cardigan berwarna merah muda yang dipakainya kemudian dengan terampil Renjani membungkus luka di kaki Pria berusaha untuk menghentikan pendarahan. Tangtop warna putih yang dikenakan renjani pun berlumur darah, juga tangannya yang sudah berganti warna, kulit tangan renjani yang putih halus kini berwarna merah.
“Dari tadi aku berusaha menghubungimu, ponselmu tidak aktif! Aku khawatir, makanya aku langsung datang kesini! Sesampainya disini kamar kostmu terkunci, aku teriak-teriak memanggil kamu ga denger juga, sampai akhirnya inisiatif untuk mendobrak pintu kamarmu!”
“Untuk apa lagi kau datang kesini?”
“Lihat, apa yang terjadi pada dirimu sekarang! Kita bisa bicara baik-baik kan? Tolong jangan gegabah.. Aku Cinta Kamu!”
“Cinta? Cinta kita hanya akan menimbulkan derita Renjani! Cintaku selalu saja dikecewakan. Tak ada yang menyenangkan dalam rikuh kehidupanku. Cinta yang menurut sebagian besar orang membawa kebahagiaan tapi berbanding terbalik dengan apa yang aku rasakan saat ini. Mungkin juga akan kau rasakan nanti! Cintalah yang membelenggu kita, ketika dulu kita selalu berfikir dan bermimpi menemukan cita dari cinta kita bersama. Tapia pa? Ternyata kecewalah yang menjalar membentuk ornamen membelit tangan, kaki, pikiran juga hati kita. Dikerdilkan oleh realitas ketidakberdayaan dan kemiskinanku.”
“Kau ternyata pria lemah!! Tidak seperti Pria yang aku kenal diawal!”
Renjani menunduk lemah, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia harus hidup tanpa Pria, seorang pria yang sangat dicintainya. Tapi, dia juga tidak bisa memaksakan kehendak untuk tetap bersama kalau pada akhirnya tidak akan berbuah bahagia. Dan tiba-tiba Renjani bangkit, tangannya yang berlumur darah dengan secepat kilat merampas gergaji besi dari tangan pria.
“Renjani!! Apa yang kamu lakukan??”
Tanpa sempat menjawab Renjani langsung mengarahkan gergaji yang dirampas dari Pria ke lehernya. Renjani terus menggesek-gesekan gergaji itu hingga perlahan pipa tenggorokannya terputus. Darah segar menyembur seperti kran air yang jebol. Berceceran, menyemprot kesana kemari, Dinding yang belum dicat pun kini telah pekat merah oleh semburan darah Renjani.
“Renjani!!! Hentikan Renjani!!!”
Pria berteriak sekencang-kencangnya, suaranya seakan menembus dinding yang mengkotaki mereka, melesat kencang seakan sampai ke angkasa. Ke angkasa? Mengkin benar sampai ke angkasa, karena setelah itu tiba-tiba sinar putih datang memenuhi bangun kubus tak istimewa itu. Pria tak dapat melihat apa-apa, semuanya menjadi putih. Tak ada gambar. Tak ada suara.
Tapi tidak lama kemudian sinar putih itu mulai hilang seperti menguap. Pandangan Pria pun mulai pulih. Tapi, Pria tak menemukan Renjani disana, jangankan Renjani, bayangannya pun tidak! Tapi Pria benar-benar dikagetkan ketika meneliti ruangan yang sudah berubah menjadi kubus merah, dan yang lebih mengejutkan lagi, matanya menanggap gambar gergaji yang tergeletak di dekat kakinya. Gerjaji yang aku gunakan untuk menggerjaji kakiku, dan juga digunakanoleh Renjani untuk menggorok lehernya. Didekat gergaji itu terlihat ada tulisan yang ditulis dengan menggunakan darah:
‘Pria maaf aku telah pergi… mungkin tak akan pernah bisa kembali.. Gergaji ini adalah kunci, untuk melepaskanmu dari belenggu kakimu.’
“RENJANI!!!!!!!!!!”
****
Pria pun menyerah, kemudian memotong kakinya tanpa ekspresi gundah, juga tanpa amarah. Menanggalkan luka yang terbuka tanpa merasa berduka. Melepaskan belenggu yang mengganggu tanpa rasa ragu. Menghapuskan cinta yang hanya memberi derita! Tanpa pernah mau tahu apakah dia akan bisa bangkit, berdiri, kemudian lari, setelah ia tak lagi punya kaki!
(denyjoe at gudangkubus 15 April 2012, 02:07AM)

0 komentar: